Wednesday, February 16, 2011

28 Januari ...

Seperti biasa, karena rasa penasaran, yang katanya menurut rumor yang beredar, jum'at tanggal 28 Januari mo diadakan demo besar2an ... karena penasaran, seperti biasa pengen tahu sebesar apa mereka bisa mengerahkan massa, maka jum'at itu pun saya berniat jum'atan di Mesjid Al-Azhar, bersama temen sekamar saya.

Karena memang bangun terlambat, akhirnya sy memaksakan pergi ke al-Azhar, mengejar supaya bisa jum'atan disana. Walopun sepanjang jalan waswas karena ada kemungkinan terlambat n gimana kalo jum'atannya ga disana, biar kesananya abis jum'atan aja. Tapi karena sepanjang jalan yg dilalui banyak mesjid, jd berusaha terus nyampe di al-Azhar, ya kalo terlambat kan bisa dimana aja.

Ternyata memang terlambat, ketika mau nyampe mesjid, iqomat lg berkumandang, maka saya ma temen saya bergegas lari masuk ke mesjid. Sebelum masuk mesjid sy ditanya ama intel kepolisian yg menjaga pintu, "orang tunis?" beberapa kali pertanyaan itu diulang2, tp karena sy masuknya sambil lari2 karena takut terlambat, yg bertanyapun tak sempat menyetop sy. Dan sy mendengar intel yg lain berbicara, "bukan, itu org indonesia". Sayapun buru2 mencari tempat shalat dan akhirnya hanya nyampe dipintu dalam al-Azhar, saya langsung mencari posisi yg tepat untuk shalat, karena kalo mencari tempat yg lain rasanya ga mungkin karena shalat jum'at sudah dimulai.

Setelah shalat jum'at ternyata demo di mulai, dari dalam mesjid menuju keluar mesjid. Meski hanya beberapa orang tp kayanya demo ini menyita perhatian serius pihak keamanan, seperti biasa. Di tengah2 lapangan mesjid di simpan rencana mereka menggelar demo, dan rencana2 selanjutnya. Tapi tulisan printout itu akhirnya diamankan petugas keamanan, walaupun sempat dibaca oleh banyak jemaah.

Dan akhirnya sy ma temen sy keluar mesjid ingin melihat perjuangan demonstran, tp ternyata tak terlalu menghebohkan ... dan akhirnya temen sy memutuskan untuk pulang ke rumah. Dan sy memutuskan untuk silaturahmi ke dokki, walaupun masi berharap di jalan bisa melihat demonstran.

Karena jalanan dibawah jembatan rame, maka akhirnya saya memutuskan untuk jalan kaki menggunakan jembatan. Tapi apa boleh buat, baru beberapa meter di mulut jembatan ... terlihat pasukan huruhara dengan perlengkapan yg siap, menuju jembatan yg saya sedang berdiri diatasnya. Akhirnya sayapun mengurungkan niat untuk terus melanjutkan perjalanan melalui jembatan dan mau mencoba jalan bawah saja. Tapi ternyata polisi itu justru menuju bawah jembatan, dan akhirnya saya meneruskan berjalan diatas jembatan. Ketika beberapa meter diatas jembatan, terlihat orang berhamburan didepan sana berusaha keluar jembatan, mereka berlarian. Dan suara derap sepatu serta getaran yg sy rasakan begitu kuat. "Mungkin pasukan huruhara" itu gumam saya dalam hati, dan memang pasukan huruhara berusaha mengusir masa yg berada di jembatan, mengejar. Dan akhirnya saya pun ikut lari ... dan keluar dr jembatan. Mungkin karena ujung jembatan adalah kantor keamanan cairo, maka begitu ketatnya penjagaan tersebut.

Akhirnya sy berada di ujung jembatan, disekitar para pedagang rempah2 arab yg menyengat. Disitu sy bersama beberapa warga menyaksikan polisi berusaha menghentikan demonstran. Diantara kami juga sy melihat 2 orang perempuan asing dengan kamera foto, dan seorang lagi2 asing dengan kamera video. Walopun aksi mereka sedikit menjadi teka-teki orang mesir "ngapain foto2, org lg rusuh begini" ... pertanyaan yg lucu dan menggelitik, tak sadar kah kalo mereka mungkin jurnalis yg mencari makannya dr foto2 tsb.

Disebrang jalan yang dibatasi pagar besi, terdapat masyarakat yg juga menonton. Disebelah sy ada dua org polisi lalu lintas yg biasa mengatur lalu lintas di daerah situ, Al-Azhar Street, jalan yg penuh dengan turis dan penjual kain.

Tiba2 diujung jalan di bawah jembatan, beberapa meter dr perempatan, Jami' Banat, polisi begitu agresif menyerang pendemo. Terlihat beberapa kali, dalam kelompok utuh, mereka menyebrang untuk menghalau para pendemo. Akibatnya orang2 yg sedang nontonpun ikut berhamburan menghindari kejaran polisi. Hal ini berlangsung terus menerus, dan polisi tak henti2nya mengejar kerumunan massa, padahal tidak semua massa adalah demonstran.

Akhirnya karena sebagian massa merasa kesal, beberapa dr mereka yg tadinya hanya menonton. Ikut melempari polisi dr belakang pertahanan mereka. Ketika polisi menghadapi massa tersebut, massa berusaha diem dengan manis seolah2 hanya menonton. Tp mungkin karena kesal dan polisi ini terlalu agresif, akhirnya pertempuran pun pecah dengan terang2an. Polisi mulai mengeluarkan gas air mata, menyerang massa. Bolak balik dibawah jembatan, menyebrang, bahkan tak segan2 mengejar massa ke dalam gang.

Kerusuhan mulai membara, gas air mata mulai menyengat, batu beterbangan, dari sebrang jalan ke arah polisi. Begitu sebaliknya, polisipun selalu membalas dengan batu dan gas air mata, pentungan. Polisi merasa kewalahan karena posisi mereka yg tidak strategis, mereka berada diantara dua kumpulan massa yg bersebrangan jalan, yg dibatasi oleh besi yg tak mudah mereka sebrangi. Sehingga kalau polisi disatu sisi jalan tersebut, maka massa disebrang jalan melemparinya dengan batu. Gas air matapun yg bertubi2 mereka tembakan kurang memberi arti. Kejar mengejar pun terus berlanjut dan semakin panas.

Beberapa turis terjebak sehingga kesulitan untuk menyebrang ke daerah aman. Tp mereka berhasil disebrangkan oleh guide mereka, ato warga yg kebetulan hendak menyebrang juga. Sy pun sebenarnya bisa kalo hanya untuk menyebrang ke daerah aman, tapi sayang kalo kesempatan ini terlewatkan, menyaksikan bentrok demonstran dengan polisi.

Pertempuran terus berlangsung, saya pun mencari posisi aman yg bisa sewaktu2 bersembunyi. Ya, diantara polisi lalu lintas tadi. Saya berada di samping polisi tadi. Dari raut mukanya yg tegang, sy ga yakin kalo polisi ini bisa melindungi sy. Dan memang terbukti, setelah bentrokan memanas dan pasukan anti huruhara mendekat mengejar pendemo, sambil menembakan gas air mata. Polisi yg disamping saya ikut lari ke dalam gang, sy yg jd bingung hrs kemana. Untuk diantara deretan kios2 tersebut ada pintu rolling door yg terbuka, dan sy pun masuk kesana. Di dalam sudah terkumpul banyak warga yg juga berlindung, pintu pun di tutup ketika polisi anti huruhara mendekat. Tak terasa air mata sy keluar, begitu juga dengan hidung sy, meler. "Kamu kenapa matanya merah?" tanya warga kepada sy. "kena gas air mata" jawab warga lain mewakili sy. Akhirnya seorang warga yg kasian memberikan sy tisu dan menyuruh sy membasuh muka dengan air.

Maka tempat itu akhirnya menjadi tempat perlindungan sy.

No comments: